Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Rabu, 30 Januari 2013

KAJIAN ASMA RAJA SIRR


Asma Raja Sirr(rahasia) mnyimpan misteri spiritual yg mendalam
KANDUNGAN ASMA RAJA SIRR
Ini adalah tntng ajaran sadar makrifat
SIRRULLAH(RAHASIA ALLAH)
SIAPA ALLAH?Yang tahu hnya Allah sendiri.
Allah Maha Batin (Ghaib),Maha halus (Lathiifu)
Tidak dapat dicapai dngn penglihatan mata, namun nurani manusia dpt mrasakan kehadirannya,kehadiran kasih syngNya,kehadiran keagunganNya. Untuk mengejal Allah harus menempuh jalan makrifat(Ma’rifatullah)
Apa makrifatullah itu?
Makrifatullah sulit didefinisikan
Begitu luas cakupan yg harus diraih,begitu bnyak unsur2 yg harus dipilih, Begitu beragam pengertian yg tumpang tindih.
Secara sederhana makrifatullah dpt diartikan “mengenal Allah”
Para Muhaqqiqin(orng2 yg medalami ilmu haqekat) mengartikannya sbg ” KETETAPAN HATI MEMPERCAYAI DZAT YANG WAJIB WUJUD(ALLAH) YANG MEMILIKI SEGALA KESEMPURNAAN”
Makrifatullah atau mengenal Allah wajib hukumnya bagi setiap mukmin setiap insan harus mengenal Allah, mengenal penciptanya
SUMBER DAN MUARA DARI SEGALA SESUATU YANG ADA
SUMBER DAN MUARA TERJADINYA ALAM SEMESTA
Pada hakekatnya tiada yg mengenal Allah kecuali hanya Allah sendiri. Barang siapa yg mengenal Allah,Sesungguhnya itu mrpakan rahmat yg dilimpahkan Allah kepada dirinya.
Dalam Asma Sirr menyimpan 4 jenis makrifat
Pertama, MA’RIFATUDZ-DZAT(MENGENAL DZAT ALLAH – DZATULLAHI)
Ini bagian khusus yg tidak tercapai oleh insan.
Bagian khusus yg merupakan hak Tuhan
Pikir manusia tdk mkn mencapainya, Akal manusia tdk mungkin menggapainya
Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Berpikirlah kalian tentang makhluk Allah,jangan sekali kali berpikir tentang Dzat Allah, karena sungguh kamu tidak akan mampu memenuhi kadarnya”
Asma’Nya: ALLAH
KEDUA, MA’RIFATUS – SIFAT(MENGENAL SIFAT2 ALLAH – SIFATULLAHI)
Dengan mendalami makna Asma-ul Husah, insan mnjadi mengenl sifat2 Allah, mengenal sifat2 kesempurnaan Allah, Insan hendaknya berakhlak dengan sifat keutamaanNya tentu saja dalam batas kemampuan kemanusiannya
Asmanya:
AL AHAD : ALLAH MAHA TUNGGAL(ESA)
AL AWWALU: MAHA AWAL TANPA PERMULAAN
AL AKHIRU: MAHA AKHIR TANPA PUNGKASAN
AL HAYYU: MAHA HIDUP
AL JABBAR: MAHA PERKASA
AR RAHMAN: MAHA PENGASIH
AL WADUD: MAHA MENCINTAI HAMBANYA
KETIGA, MA’RIFATUL WUJUD(MENGENAL WUJUD ALLAH – WUJUDULLAHI)
Allah itu wujud (ADA )
Namun wujud Allah itu tdk mngkn terjangkau oleh otak manusia, tidak mungkin terbayangkan khayal manusia.
” LAISA KAMITSLIHI SYAITU”, Firman Allah:” (Allah) tidak serupa dengan apapun juga”
Apapun yg dibayangkan sebagai Allah, maka itu bukan Allah, (Maha Besar Allah)
Apapun yg bisa dilukiskan sebagai Allah, itu pasti bukan Allah,(Maha suci Allah)
Siti Aisyah ra,istri Rasul, berkata:
“Barang siapa menceritakan kepadamu bahwa Muhammad telah melihat Tuhanya ( pada wktu Mi’raj) maka dustalah ia”
Bersabda Rasulullah Saw,
“Wa qad ro’aitu nuron,anna anahu”. ” Dan sungguh saya melihat cahaya, bagaiman mungkin saya melihatNya( Tuhan)”
“Subhanak, ma’arafnak haqqa ma’rifataka”. ” Maha suci Allah, tidak lah kami dpat mengenalmu dengan pengenalan yg setepat tepatnya”.
Asmanya:
AL BATHIN : MAHA GHAIB
AL LATHIIFU : MAHA LEMBUT/ HALUS
AZ ZHAHIR : MAHA NYATA
KEEMPAT, MA’RIFATUL AF’al( mengenal karyaa karya Allah, Af’alullahi)
Melalui asma ul Husnah Allah memanifestasikan karya2 Nya tergelar di permukaan seluruh jagad raya, tersusun rapi dalamm organ tubuh manusia,jagad besar(makrokosmos), jagad kecil(mikrokosmos)
Karya tercanggih yg tak ada bandingannya, suatu bukri kebesaran Allah tiada taranya
Bagi yg bisa membbaca rahasia Alam semesta
kebesaran Allah nampak jelas,nampak nyata
Asmanya:
AL KHALIK: MAHA PENCIPTA
AL MUHYI: MAHA MENGHIDUPKAN
AL MUMIT: MAHA MEMATIKAN
AL JAMI’: MAHA MENGUMPULKAN
AN NUUR : SANG PEMILIK CAHAYA
AL GHANIYYU: MAHA KAYA
Esensi makrifatullah adalah kesadaran
kesadaran yg dibimbing hidayah tuhan
kesadaran insan sebagai makhluk hamba Allah, mengharuskan diri berupaya mengenal allah
karena kesadaran menentukan eksistensi manusia. tanpa kesadaran orang hidup tak akan sempurna
kesadaran makrifatullah yg pertama adalah kesadaran akan eksistensi Allah bahwa tiada tuhan yg wajib disembah selain Allah
“LAA ILAAHA ILLAALLAHU”
Kedua adalah kesdaran posisi insan dihadapan Allah
ketiga kesadaran akan kewajiban insan
keempat kesadaran sikap batin insan
Tanpa kesadaran makrifat,hidup manusia niscaya hampa
tanpa kesadaran makrifat,ibadahnya dusta belaka
Mengkaji makrifat harus ektra hati hati
jangan sampai terperosok kesalahan definisi
Agar benar,lurus,sesuai ajaran Illahi, Maka harus berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi karena Nabi Muhammad Saw adalah utusan Illahi ” MUHAMMADUR RASULULLAH”
Bila kesadaran sudah membuka pintu makrifat
Air telaga makrifat niscaya mengalir membawa rahmat
Bila kesadaran sudah menempuh jalan makrifat Hidup lurus menuju Allah As Somad kelak akan disambut di akhirat:
“SALAAMUN QAWLAM MIRRABBIRRAHIIM, WAMTAAZUL YAWMA AYYUHAL MUJRIMUUN”
(Kepada mereka dikatakan) : ” Salam sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang”. Dan ( dikatakan kepada orang orang kafir) : ” Berpisahlah kamu sekalian ( dari orang orang mukmin ) pada hari itu, hari orang orang yang berbuat jahat.”
Inilah kandungan Asma Sirr yg menyimpan ajaran Sadar Makrifat.


DUA INTI AJARAN SYEKH ABDUL QODIR JAELANY




Salah satu buku yang sangat bagus untuk dibaca yaitu Buku tersebut berjudul “Di Mana Allah” karya Muhammad Hasan Al-Homshi. Beberapa halaman awalnya sudah hilang, termasuk pengantar, tentang penulis, dan daftar isi. Sehingga saya tidak tahu sedikit pun tentang Muhammad Hasal Al-Homshi. Meskipun begitu, ketika saya membaca buku ini, ternyata bernuansa tasawuf.
Salah satu tokoh yang dihadirkan dalam buku ini adalah Syekh Abdul Qadir al Jailani, seorang tokoh Sufi dan ulama Tasawuf besar asal Jailan, Iran. Beliau merupakan pendiri dan penyebar salah satu tarekat terbesar di dunia, yaitu Tarekat Qodiriyah.
Muhammad Hasan Al-Homshi, sang penulis, cukup banyak memaparkan tentang inti ajaran Syekh Abdul Qadir. Ajaran beliau berangkat dari kegelisahannya melihat umat Islam yang senantiasa melakukan shalat, puasa, dan pergi haji, tapi semakin jauh dari nilai-nilai luhur Islam. Untuk itu, Syekh Abdul Qadir menyimpulkan bahwa permasalahannya berasal dari dalam diri manusia.
Syekh Abdul Qadir juga mengkritik praktik Islam warisan. Bagaimana pun, berislam tidak bisa diperoleh melalui warisan dan simbol-simbol fisik seperti bersarung lengkap dengan baju Koko dan Kopiah. “Beragama Islam artinya memasrahkan dirimu (lahir-bathin) kepada Allah, dan menyerahkan kalbumu semata-mata kepada-Nya,” begitulah sabda Rasulullah yang mengilhami Syekh Abdul Qadir.
Untuk itu, ada 2 hal yang melandasi inti ajaran Tarekah Qadiriyah ini, yaitu:
Berserah diri (lahir-bathin) kepada Allah. Seorang muslim wajib menyerahkan segala hal kepada Allah, mematuhi perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
Mengingat dan menghadirkan Allah dalam kalbunya. Caranya, dengan menyebut Asma Allah dalam setiap detak-nafasnya. Bagaimana pun, dzikrullah adalah suatu perbuatan yang mampu menghalau karat lupa kepada Allah, menggerakan keikhlasan jiwa, dan menghadirkan manusia duduk bertafakur sebagai hamba Allah. Hal ini merujuk pada hadist riwayat Ibnu Abid Dunya dari Abdullah bin Umar berikut:
Sebenarnya setiap sesuatu ada pembersihnya, dan bahwa pembersih hati manusia adalah berdzikir, menyebut Asma Allah, dan tiadalah sesuatu yang lebih menyelamatkan dari siksa Allah kecuali dzikrullah.
Kedua hal ini, menurut Syekh Abdul Qadir, akan membawa seorang manusia senantiasa bersama Allah. Sehingga segala aktivitasnya pun bernilai ibadah. Lebih lanjut, beliau juga menandaskan bahwa keimanan ini merupakan landasan bagi terwujudnya tatanan sosial yang lebih baik lagi. Lebih jauh, sebuah tatanan negara yang Islami dan memenuhi aspek kebaikan universal.